17 Ogos 2009

LAKSMANA PEREMPUAN (MELAYU) PERTAMA DI DUNIA

LAKSMANA KEUMALA HAYATI @ MALAHAYATI


Sejarah Ringkas:

Kisah Laksamana Malahayati walaupun tidak banyak, semua bercerita tentang kepahlawanannya. Pada saat dibentuk pasukan yang prajuritnya terdiri dari para janda yang kemudian dikenal dengan nama pasukan Inong Balee, Malahayati adalah panglimanya (suami Malahayati sendiri gugur pada pertempuran melawan Portugis). Konon kabarnya, pembentukan Inong Balee sendiri adalah hasil buah pikiran Malahayati. Malahayati juga membangun benteng bersama pasukannya dan benteng tersebut dinamai Benteng Inong Balee.

Karier militari Malahayati terus memuncak hingga ia menduduki jabatan tertinggi di angkatan laut Kerajaan Aceh Darusalam ketika itu. Sebagaimana layaknya para pemimpin zaman itu, Laksamana Malahayati turut bertempur di garis depan melawan kekuatan Portugis dan Belanda yang hendak menguasai jalur laut Selat Malaka.

Di bawah kepemimpinan Malahayati, Angkatan Laut Kerajaan Aceh Darusalam terbilang besar dengan armada yang terdiri dari ratusan kapal perang. Adalah Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang tiba di Indonesia, pada kunjungannya yang ke dua mencoba untuk menggoyang kekuasaan Aceh Darusalam pada tahun 1599. Cornelis de Houtman yang terkenal berangasan, kali ini buku dengan ruas. Dalam perancangan meruntuhkan Aceh Darusalam, armadanya malah porak poranda diganyang armada Laksamana Malahayati. Banyak orang-orangnya yang ditawan dan Cornelis de Houtman sendiri mati dibunuh oleh Laksamana Malahayati pada tanggal 11 September 1599.

Selain armada Belanda, Laksamana Malahayati juga berhasil menganyang armada Portugis. Reputasi Malahayati sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan membuat Inggeris yang kebelakangan masuk ke wilayah ini, memilih untuk menempuh jalan damai. Surat baik-baik dari Ratu Elizabeth I yang dibawa oleh James Lancaster untuk Sultan

KRI 362 MALAHAYATI (KELAS FATAHILAH)


Aceh, membuka jalan bagi Inggreis untuk menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten. Keberhasilan ini membuat James Lancaster dianugrahi gelar bangsawan sepulangnya ia ke Inggeris.

Dengan demikian jelaslah bahwa perjuangan perempuan telah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Hal ini dibuktikan dari adanya sejarah yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi dapat dijadikan sebuah semangat untuk membangun jiwa perempuan yang kuat dan berkarakter.

Selingkar kisah Laksamana Keumala Hayati atau Malahayati adalah wanita pejuang Aceh Darusalam yang terkenal dalam ketenteraan pada masa Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan pemerintahan Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil (1589-1604 M). Malahayati diberikan kepercayaan oleh sultan sebagai kepala pengawal dan protokol di dalam dan di luar istana

Semenjak ditinggal sang ibu, Malahayati diasuh oleh ayahnya yang kerap mengajaknya bepergian menggunakan kapal perang. Di samping pengenalannya tentang kehidupan laut yang kemudian membentuk sifatnya menjadi wanita pemberani. Selain berkedudukan sebagai Kepala Pengawal Istana, Malahayati juga seorang ahli politik yang mengatur diplomasi penting kerajaan.

Dalam suatu peristiwa pada tanggal 21 Juni 1599, kerajaan kedatangan dua kapal Belanda, Deleeuw dan Deleeuwin dibawah pimpinan dua orang kapten kapal bersaudara, yaitu Cornelis dan Frederik de Houtman. Maksud kedatangan mereka adalah untuk melakukan perjanjian dagang dan memberikan bantuan dengan meminjamkan dua kapal tersebut guna membawa pasukan Aceh untuk menaklukan Johor pada tanggal 11 September 1599.

Peminjaman kapal tersebut ternyata merupakan bentuk tipu muslihat Belanda, karena ketika para prajurit kerajaan menaiki kapal, kedua kapten kapal tersebut melarangnya sehingga terjadilah penentangan yang tak terhindar. Dalam peristiwa itu banyak soldadu dari pihak Belanda tewas, kedua kaptennya ditangkap oleh pasukan Aceh yang dipimpin oleh Malahayati. Karena kecakapannya itulah kemudian sultan mengangkatnya menjadi Laksamana.

Selanjutnya atas izin sultan dan inisiatif dari Laksamana Malahayati sebagai menuntut balas atas kematian suaminya dan beliau bersumpah akan terus memerangi Portugis. Untuk melaksanakan niatnya, ia mengajukan perrnohonan kepada Sultan Al Mukammil untuk membentuk armada Aceh Darussalam yang prajurit-prajuritnya semua wanita-wanita janda (Inong Balee), yang suami mereka gugur dalam pertempuran Teluk Haru. Mengingat Keurmalahayati adalah seorang prajurit yang cakap dan alumni dari Akademi Militer, maka dengan senang hati Sultan mengabulkan permohonannya. Untuk itu Keumalahayati diserahi tugas sebagai panglima armada dan diangkat menjadi Laksamana. Armada yang baru dibentuk tersebut diberi nama Armada Inong Bale (Armada Wanita janda) dengan mengambil Teluk Krueng Raya sebagai pangkalannya, atau nama lengkapnya Teluk Lamreh /Lam Kuta Krueng Raya.

Di sekitar Teluk Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar itulah Laksamana Keumalahayati membangun benteng Inong Balee yang letaknya di perbukitan yang tingginya sekitar 100 meter dari permukaan laut. Tembok yang menghadap laut lebarnya 3 meter dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu Teluk. Benteng yang dalam istilah Aceh disebut Kuta Inong Balee (Benteng Wanita Janda) tersebut, hingga sekarang masih dapat kita saksikan di Teluk Krueng Raya, dekat Pelabuhan Malahayati.


BENTENG INONG BALEE

Armada Inong Balee ketika dibentuk hanya berkekuatan 1000 orang janda muda yang suaminya gugur di medan perang laut Haru. Dan jumlah pasukan tersebut, oleh Laksamana Keumalahayati diperbesar lagi menjadi 2000 orang. Tambahan personal ini bukan lagi janda-janda, tetapi para gadis remaja yang ingin bergabung dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Laksamana Keumalahayati.

Salah satu jejak perjuangan yang masih tersisa hingga kini adalah kompleks makam Malahayati yang berada di puncak bukit dan sebuah benteng yang disebut Benteng Inong Balee di tepi pantai Selat Malaka, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Sejarah tersebut di petik dari beberapa web site Aceh yang menceritakan kepahlawanan dan sejarah Wanita pertama dunia yang menguasai alam laut sebagai Laksmana pertama Wanita adalah orang Melayu.

Maka hari ini Bangsa Melayu terutama para belia samada di Malaysia, Indonesia, Singapura mahupun Brunei perlu kembali menyingkapkan sejarah yang telah di manipulasikan penjajah samada Inggeris, Belanda mahupun portugis.

Sesungguhnya Sejarah Aceh adalah berkaitan rapat dengan kerajan Melaka, Johor, Perak, kedah dan Terengganu. Darul Iman di mana Batu Bersurat Terengganu jelas tercatat tahun 1303 suatu kemuncak pemerintahan Syarif Al Bagdhadi, di mana penubuhan negara Aceh adalah sekitar dekad yang sama.

Syarif Muhamad Al Bagdhadi dikatakan mempunyai talian keluarga dengan Kesultan Aceh Darusalam. Sejarah ini mungkin digelapkan atau disembunyikan dengan motif tertentu. Menjadi tugas kepada generasi baru tampil

merungkai apa yang tersimpul dan mendedahkan apa yang tersembunyi. Sesungguhnya sejarah tidak menipu, tetapi kitalah memaksa sejarah menipu keran sejarah akan di tulis oleh yang menang.

Dengan membuang sifat nasionalis dan persempadanan yang sempit, rumpun Melayu Islam perlu bersatu mengembali suatu tamadun yang hilang, sebuah tamadun yang dijanjikan oleh Rasul Akhir zaman. Yang turut dinyatakan dalan Al-Quran sebagai Baldatun Thoiyibah warabbun rafurr. Sebuah peradaban yang baik dan mendapat keampunan Tuhan.

Kita sudah tiada masa lagi, semua perlu kembali membuka AlQuran mengkaji isi kandungan dan kod-kod yang ditinggalkan serta merujuk kembali kepada keturunan Rasululah (Ahlu Bait) yang Muqarabbin dan wara.

Zaman kita adalah zaman kesudahan, pelbagai tanda-tanda akhir zaman diperlihatkan samada kecil amhupun besar. Tsunami di Ache itu sendiri merupakan tanda-tanda dan peringataNya kepada mereka yang mahu menggunakan akal.

BERSATULAH BANGSAKU DI ATAS AGAMA NABIMU MUHAMMAD SAW, KERANA KAMU ADALAH BANGSA YANG DICIPTANYA UNTUK MEMIMPIN MANUSIA AKHIR ZAMAN.

Tiada ulasan: